Berikut ini adalah tujuan pendidikan menurut beberapa ahli:
1. Prof. H. Zahara Idris, M.A
Tujuan pendidikan adalah memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya supaya dapat mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap, moral, pengetahuan dan ketrampilan semaksimal mungkin agar menjadi manusia biasa
2. M. Noer Syam
Tujuan pendidikan pada hakikatnya agar seseorang mempunyai kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
3. Ki Hajar Dewantara
Tujuan pendidikan adalah agar anak sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
4. Spencer
Memandang tujuan pendidikan sbb:
- Self preservation: Manusia harus hidup sebagai makhluk menjaga diri terhadap bahaya, penyakit, dan musuh-musuh lainnya.
- Securing the necessities of life: Manusia harus berusaha dan bekerja untuk mencari nafkah dalam bidang kehidupan.
- Rearing of family: harus sanggup memelihara rumah tangga, mengurus dan mendidik anak-anak.
Maintaining proper social and political relationship: harus pandai bergaul dan menyesuaikan diri dalam masyarakat dan menjadi seorang warga negara yang baik.
- Enjoying leisure time: harus pandai membagi waktu senggang menikmati keindahan dan sebagainya.
5. Al-Abrasi
Menyatakan bahwa tujuan pendidikn adalah:
- pembentukan akhlak manusia
- persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
- persiapan untuk mencari rejeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatannya
- mempersiapkan para pelajar untuk profesi tertentu sehingga i mudah mencari rejeki
6. Al-Ghazali
Tujuan pendidikan adalah beribadah dan taqarub kepada Allah dan kesempurnaan insansi yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.
7. Shaleh Abdul Azis dan Abdul Najid
Tujuan pendidikan adalah mendapatkan keridaan Allah dan mengusahakan penghidupan.
8. Abdul Fayad
Pendidikan mengarahkan pada tujuan:
- persiapan untuk hidup akhirat
membentuk perorangan dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk menunjang kesusksesannya hidup di dunia.
Rabu, 16 Desember 2009
Selasa, 08 Desember 2009
Rumpun Model Mengajar Pemrosesan Informasi
Rumpun model ini terdiri atas model mengajar yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungan dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan pemecahan masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal.
Model Pemrosesan Informasi:
1. Model Berpikir Induktif(Induktif Thinking Model)
Teori ini dikemukakan oleh Hilda Taba, tujuan dari model ini adalah pembentukan berpikir induktif yang banyak diperlukan untuk kegiatan akademik dan pembentukan teori.
2. Model Latihan Inkuiri(Inquiry Training Model)
Model ini dikemukakan oleh RichardSuchman, tujuan dari model ini yaitu melatih atau menolong siswa mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibuyuhkan sehingga siswa mampu melakukan penyelidikan secara bebeas tetapi dalam cara yang teratur.
3. Inkuiri IPA(Scientific Inquiry)
Model ini diciptakan oleh J.J. Schwab. Model ini dimaksudkan untuk memiliki kemampuan berpikir melalui penelitian alam.
4. Model Perkembangan Konsep(Concept Attainment)
Model ini dikemukakan oleh Jerome Bruner, dengan maksud untuk membentuk konsep yang benar secara induktif sehingga siswa memiliki kemampuan analisis.
5. Model Pertumbuhan Kognitif(Cognitive Growth)
Model ini muncul dari teori-teori Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Silivan dan Lawrence Kohlberg. Dengan maksud agar siswa memeiliki kemampuan umum berpikir logis. Dan juga dapat diterapkan pada perkembangan sosial dan moral yang baik.
6. Model Bahan Pengait(Advance Organizer)
Melalui model ini David Ausubel mempunyai tujuan agar siswa memperoleh ilmu secara efisien sehingga dimiliki suatu ilmu yag utuh dan bermakna dengan menggunakan bahan pengait.
Model Pemrosesan Informasi:
1. Model Berpikir Induktif(Induktif Thinking Model)
Teori ini dikemukakan oleh Hilda Taba, tujuan dari model ini adalah pembentukan berpikir induktif yang banyak diperlukan untuk kegiatan akademik dan pembentukan teori.
2. Model Latihan Inkuiri(Inquiry Training Model)
Model ini dikemukakan oleh RichardSuchman, tujuan dari model ini yaitu melatih atau menolong siswa mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibuyuhkan sehingga siswa mampu melakukan penyelidikan secara bebeas tetapi dalam cara yang teratur.
3. Inkuiri IPA(Scientific Inquiry)
Model ini diciptakan oleh J.J. Schwab. Model ini dimaksudkan untuk memiliki kemampuan berpikir melalui penelitian alam.
4. Model Perkembangan Konsep(Concept Attainment)
Model ini dikemukakan oleh Jerome Bruner, dengan maksud untuk membentuk konsep yang benar secara induktif sehingga siswa memiliki kemampuan analisis.
5. Model Pertumbuhan Kognitif(Cognitive Growth)
Model ini muncul dari teori-teori Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Silivan dan Lawrence Kohlberg. Dengan maksud agar siswa memeiliki kemampuan umum berpikir logis. Dan juga dapat diterapkan pada perkembangan sosial dan moral yang baik.
6. Model Bahan Pengait(Advance Organizer)
Melalui model ini David Ausubel mempunyai tujuan agar siswa memperoleh ilmu secara efisien sehingga dimiliki suatu ilmu yag utuh dan bermakna dengan menggunakan bahan pengait.
Senin, 07 Desember 2009
Rumpun Model Mengajar Pribadi(personal Models)
Rumpun model mengajar pribadi atas model mengajar yang berorientasi kepada perkembangan diri individu dan pembentukan pribadi. Model ini mengutamakan kepada proses yang membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita, dan banyak memperhatikan kehidupan individu siswa.
Teori-teori ini menghasilkan model-model mengajar yang serumpun dengan model pribadi.
1. Model Pengajaran Non-direktif(Non-directive Training)
Model ini dikemukakan oleh Carl Rogers. Dalam pengajaran seharusnya didasarkan pada konsep-konsep hubungan manusiawi diri pada konsep-konsep bidang studi, proses berpikir atau sumber-sumber intelektual lainnya. Menurut model ini uru berperan sebagai fasilitator dan membantu siswa menjelajahi ide-ide baru tentang hidupnya, tugas sekolahnya dan kehidupan dengan teman-temannya.
2. Latihan Kesadaran(Awarences Training)
Teori ini dikemukakan oleh Fritz Perls dan William Sculzz, model ini bertujuan agar siswa mampu menjaga dan mengenal, serta menyadari kemampuan dirinya, kemudian mampu menyadari dan memahami orang lain.
3. Model Synectics
Model ini dirancang oleh Wiliann J.J. Gordon. Synectics merupakan suatu pendekatan baru yang dimaksud untukk mengembangkan pribadi secara kreatif dan melatih siswa mampu memecahkan masalah secara kreatif.
4. Model Sistem Konsepsional(Conseptual System)
Model ini memperhatikan kehidupan individu siswa, pengajaran model ini siswa mampu meningkatkan fleksibilitas dan kompleksitas pribadi.
5. Model Pertemuan Kelas(classroom meeting)
Model mengajar pertemuan kelas dilandasi oleh terapi realitas dari William Glasser. Teori ini mengandung pemikiran tentang dasar-dasar teori kepribadian maupun konsep terapi tradisional dalam hubungan mengajar dan Glasser yakin sebagian masalah siswa dapat ditangani oleh guru. Maksud dari model ini adalah agar siswa memiliki pemahaman diri sendiri serta bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Model pertemuan kelas teori Glasser ini didasarkan oleh dua asumsi:
Pertama, bahwa manusia itu mempunyai dua kebutuhan dasar yaitu cinta dan harga diri.
Kedua, bahwa terapi realitas tercermin di dalam kesepakatan berbuat dan mengubah perilaku, tetapi realitas bertujuan untuk membentuk kecakapan dalam memenuhi kebutuhan emosional dan harga diri, cinta, dan identitas.
Teori-teori ini menghasilkan model-model mengajar yang serumpun dengan model pribadi.
1. Model Pengajaran Non-direktif(Non-directive Training)
Model ini dikemukakan oleh Carl Rogers. Dalam pengajaran seharusnya didasarkan pada konsep-konsep hubungan manusiawi diri pada konsep-konsep bidang studi, proses berpikir atau sumber-sumber intelektual lainnya. Menurut model ini uru berperan sebagai fasilitator dan membantu siswa menjelajahi ide-ide baru tentang hidupnya, tugas sekolahnya dan kehidupan dengan teman-temannya.
2. Latihan Kesadaran(Awarences Training)
Teori ini dikemukakan oleh Fritz Perls dan William Sculzz, model ini bertujuan agar siswa mampu menjaga dan mengenal, serta menyadari kemampuan dirinya, kemudian mampu menyadari dan memahami orang lain.
3. Model Synectics
Model ini dirancang oleh Wiliann J.J. Gordon. Synectics merupakan suatu pendekatan baru yang dimaksud untukk mengembangkan pribadi secara kreatif dan melatih siswa mampu memecahkan masalah secara kreatif.
4. Model Sistem Konsepsional(Conseptual System)
Model ini memperhatikan kehidupan individu siswa, pengajaran model ini siswa mampu meningkatkan fleksibilitas dan kompleksitas pribadi.
5. Model Pertemuan Kelas(classroom meeting)
Model mengajar pertemuan kelas dilandasi oleh terapi realitas dari William Glasser. Teori ini mengandung pemikiran tentang dasar-dasar teori kepribadian maupun konsep terapi tradisional dalam hubungan mengajar dan Glasser yakin sebagian masalah siswa dapat ditangani oleh guru. Maksud dari model ini adalah agar siswa memiliki pemahaman diri sendiri serta bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Model pertemuan kelas teori Glasser ini didasarkan oleh dua asumsi:
Pertama, bahwa manusia itu mempunyai dua kebutuhan dasar yaitu cinta dan harga diri.
Kedua, bahwa terapi realitas tercermin di dalam kesepakatan berbuat dan mengubah perilaku, tetapi realitas bertujuan untuk membentuk kecakapan dalam memenuhi kebutuhan emosional dan harga diri, cinta, dan identitas.
Sabtu, 05 Desember 2009
Teori-teori Pendidikan
Usaha pendidikan dilakukan manusia berdasarkan keyakinan tertentu. Keyakinan ini didasarkan atas suatu pandangan, baik filosofis maupun teoretis(ilmiah). Tiap orang akan melaksanakan suatu pekerjaan jika tujuan dari hasil pekerjaan itu mereka yakini dapat dicapai. Demikian juga usaha pendidikan secara melembaga.
Keyakinan ini disebut para ahli sebagai Hukum Dasar atau teori-teori pendidikan. Dapat juga kita nyatakan sebagai Teori Klasik dalam pendidikan. Teori ini dipandang sebagai ide-ide dalam filsafat pendidikan yang meliputi:
1. Teori Empirisme
Ajaran filsafat empirisme dipelopori oleh John Locke(1632-1704) mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama pendidikan. John Locke berkesimpulan bahwa setiap individu lahir sebagai kertas putih, dan lingkungan itulah yang "menulisi" kertas putih itu. Teori ini terkenal sebagai teori Tabularasa dan Teori Empirisme. Bagi John Locke faktor pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi seseorang. Karena lingkungan itu relatif dapat diatur dan dikuasai manusia, maka teori ini bersifat optimis dengan tiap-tiap perkembangan pribadi.
2. Teori Nativisme
Ajaran filsafat nativisme yang dapat digolongkan filsafat idealisme berkesimpulan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh faktor hereditas(keturunan), faktor alam yang berarti kodrati.
Tokoh nativisme ini, Arthur Schopenhaner(1788-1860) menganggap faktor pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan, itulah kepribadian manusia. Potensi-potensi itulah pribadi seseorang, buakn hasil pendiikan. Tanpa potensi-potensi hereditas yang baik, seseorang tidak mungkin mencapai taraf yang dikehendaki, meskipun dididik dengan maksimal. Seorang anak yang potensi hereditasnya rendah, akan tetap rendah, meskipun ia sudah dewasa dan telah dididik. Pendidikan itu tidak merubah manusia karena potensi itu bersifat kodrati.
Ajaran nativisme ini dapat dianggap aliran yang pesimistik, karena menerima kepribadian sebagaimana adanya, tanpa adanya kepercayaan nilai-nilai pendidikan untuk merubah kepribadian.
3. Teori Konvergensi
Bagimanapun kuatnya alasan kedua pandangan aliran di atas namun keduanya kurang realistis. Suatu kenyataan, bahwa potensi hereditas yang baik saja tanpa pengaruh lingkungan(pendidikan) yang positif tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya, meskipun lingkungan(pendidikan) yang positif dan maksimal, tidak akan menghasilkan kepribadian ideal, tanpa potensi hereditas yang baik. Oleh karena itu, perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerjasama kedua faktor baik internal(potensial-hereditas) maupun faktor eksternal(lingkungan-pendidikan). Tiap pribadi adalah hasil konvergensi faktor-faktor internal dan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh William Stern(1871-1938) dan dikenal sebagai teori konvergensi.
4. Teori Sumber Daya Manusia
Pendidikan memperhatikan manusia sebagai subjek karena dengan potensinya manusia mempunyai daya untuk pengembangan diri yang seterusnya menjadi makhluk yang berkepribadian.
Menurut M.J. Langeveld(tokoh pendidikan) baerkata bahwa manusia adalah makhluk yang membentuk diri pribadi.
5. Teori Revutalisasi Budaya
Dalam teori ini budaya ditinjau dalam konteks budaya pada umumnya atau norma dan nilai-nilai pada khususnya. jadi manusia tidak dapat dari budaya dan nilai-nilai yang mewarnai kehidupannya. teori ini memendang manusia dari sudut yang berbeda dari teori Sumber daya manusia.
6. Teori Rekonstruksianisme
Pendukung rekonstruksianisme ini berkata bahwa penddikan adalah institusi sosial dan sekolahpun merupakan bagian dari masyarakat. Perkembangan ilmu, teknologi, dan industrialisasi telah memberikan dsmpak positif bagi kemanusaan, seperti peningkatan kesejahteraan, namun juga memberkan pengaruh negatif, masyarakat yang tenang, tentram dan dama berangsur diganti oleh masyarakat yang coraknya tidak menentu, tada kemantapan.
(sumber: Dasar-dasar Pendidikan, Tholib Kasan)
Keyakinan ini disebut para ahli sebagai Hukum Dasar atau teori-teori pendidikan. Dapat juga kita nyatakan sebagai Teori Klasik dalam pendidikan. Teori ini dipandang sebagai ide-ide dalam filsafat pendidikan yang meliputi:
1. Teori Empirisme
Ajaran filsafat empirisme dipelopori oleh John Locke(1632-1704) mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama pendidikan. John Locke berkesimpulan bahwa setiap individu lahir sebagai kertas putih, dan lingkungan itulah yang "menulisi" kertas putih itu. Teori ini terkenal sebagai teori Tabularasa dan Teori Empirisme. Bagi John Locke faktor pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi seseorang. Karena lingkungan itu relatif dapat diatur dan dikuasai manusia, maka teori ini bersifat optimis dengan tiap-tiap perkembangan pribadi.
2. Teori Nativisme
Ajaran filsafat nativisme yang dapat digolongkan filsafat idealisme berkesimpulan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh faktor hereditas(keturunan), faktor alam yang berarti kodrati.
Tokoh nativisme ini, Arthur Schopenhaner(1788-1860) menganggap faktor pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan, itulah kepribadian manusia. Potensi-potensi itulah pribadi seseorang, buakn hasil pendiikan. Tanpa potensi-potensi hereditas yang baik, seseorang tidak mungkin mencapai taraf yang dikehendaki, meskipun dididik dengan maksimal. Seorang anak yang potensi hereditasnya rendah, akan tetap rendah, meskipun ia sudah dewasa dan telah dididik. Pendidikan itu tidak merubah manusia karena potensi itu bersifat kodrati.
Ajaran nativisme ini dapat dianggap aliran yang pesimistik, karena menerima kepribadian sebagaimana adanya, tanpa adanya kepercayaan nilai-nilai pendidikan untuk merubah kepribadian.
3. Teori Konvergensi
Bagimanapun kuatnya alasan kedua pandangan aliran di atas namun keduanya kurang realistis. Suatu kenyataan, bahwa potensi hereditas yang baik saja tanpa pengaruh lingkungan(pendidikan) yang positif tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya, meskipun lingkungan(pendidikan) yang positif dan maksimal, tidak akan menghasilkan kepribadian ideal, tanpa potensi hereditas yang baik. Oleh karena itu, perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerjasama kedua faktor baik internal(potensial-hereditas) maupun faktor eksternal(lingkungan-pendidikan). Tiap pribadi adalah hasil konvergensi faktor-faktor internal dan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh William Stern(1871-1938) dan dikenal sebagai teori konvergensi.
4. Teori Sumber Daya Manusia
Pendidikan memperhatikan manusia sebagai subjek karena dengan potensinya manusia mempunyai daya untuk pengembangan diri yang seterusnya menjadi makhluk yang berkepribadian.
Menurut M.J. Langeveld(tokoh pendidikan) baerkata bahwa manusia adalah makhluk yang membentuk diri pribadi.
5. Teori Revutalisasi Budaya
Dalam teori ini budaya ditinjau dalam konteks budaya pada umumnya atau norma dan nilai-nilai pada khususnya. jadi manusia tidak dapat dari budaya dan nilai-nilai yang mewarnai kehidupannya. teori ini memendang manusia dari sudut yang berbeda dari teori Sumber daya manusia.
6. Teori Rekonstruksianisme
Pendukung rekonstruksianisme ini berkata bahwa penddikan adalah institusi sosial dan sekolahpun merupakan bagian dari masyarakat. Perkembangan ilmu, teknologi, dan industrialisasi telah memberikan dsmpak positif bagi kemanusaan, seperti peningkatan kesejahteraan, namun juga memberkan pengaruh negatif, masyarakat yang tenang, tentram dan dama berangsur diganti oleh masyarakat yang coraknya tidak menentu, tada kemantapan.
(sumber: Dasar-dasar Pendidikan, Tholib Kasan)
Jumat, 04 Desember 2009
Tiada Guna Lagi(Repvblik)
Tiada guna lagi mengharapmu untuk ku miliki
Takkan ada lagi kesempatanku untuk kembali
Meluruh cintaku segenggam maafku
Takkan mungkin bisa menggantikan salahku
(*)
Bagaimana lagi bila itu yg harus terjadi
Dengan besar hati kan ku terima semua ini
Kau buat diriku terbunuh cintamu
Apalah dayaku ini memang salahku
Reff:
Oooh Akankah terulang kembali
Masa-masa kita yang dulu ada
Oooh kuakui memang ku bersalah
Tak ada di dekatmu di saat kau rindu
(*)
(Reff)
Takkan ada lagi kesempatanku untuk kembali
Meluruh cintaku segenggam maafku
Takkan mungkin bisa menggantikan salahku
(*)
Bagaimana lagi bila itu yg harus terjadi
Dengan besar hati kan ku terima semua ini
Kau buat diriku terbunuh cintamu
Apalah dayaku ini memang salahku
Reff:
Oooh Akankah terulang kembali
Masa-masa kita yang dulu ada
Oooh kuakui memang ku bersalah
Tak ada di dekatmu di saat kau rindu
(*)
(Reff)
Selasa, 01 Desember 2009
Pengertian Strategi Belajar Mengajar
1. Strategi belajar mengajar merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu yang meliputi sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada
siswa(Geralach dan Elly)
2. Strategi belajar dan mengajar tidak hanya terbatas kepada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya(Dick dan
Carey).
3. Strategi belajar mengajar merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok
dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu
dipraktekkan oleh siswa dengan persyaratan tertentu karena setiap materi dan
tujuan pengajaran berbeda satu sama lainnya.
Strategi dan tujuan pengajaran
Pendapat Grapper sesuai dengan Elly yang menyatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efidien. Ia menyatakan bahwa Strategi belajar mengajar merupakan suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar mengajar terdiri dari metode dan teknik(prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa betul-betul akan mencapai tujuan.
Strategi, metode dan teknik
Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian. Gerlach dan Ely dalam bukunya "Teaching and Media: a sistematic approach" mengemukakan bahwa teknik(yang kadang-kadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap situasi belajar mengajar. Teknik adalah jalan atau alat(way of means) yang digunakan guru mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang ingin dicapai. Metode menurut Winarno Surakhmad adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru(metode mengajar) maupun bagi siswa(metode belajar. Namun metode ini juga kadang-kadang dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif.
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu yang meliputi sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada
siswa(Geralach dan Elly)
2. Strategi belajar dan mengajar tidak hanya terbatas kepada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya(Dick dan
Carey).
3. Strategi belajar mengajar merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok
dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu
dipraktekkan oleh siswa dengan persyaratan tertentu karena setiap materi dan
tujuan pengajaran berbeda satu sama lainnya.
Strategi dan tujuan pengajaran
Pendapat Grapper sesuai dengan Elly yang menyatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efidien. Ia menyatakan bahwa Strategi belajar mengajar merupakan suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar mengajar terdiri dari metode dan teknik(prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa betul-betul akan mencapai tujuan.
Strategi, metode dan teknik
Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian. Gerlach dan Ely dalam bukunya "Teaching and Media: a sistematic approach" mengemukakan bahwa teknik(yang kadang-kadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap situasi belajar mengajar. Teknik adalah jalan atau alat(way of means) yang digunakan guru mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang ingin dicapai. Metode menurut Winarno Surakhmad adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru(metode mengajar) maupun bagi siswa(metode belajar. Namun metode ini juga kadang-kadang dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif.
Langganan:
Postingan (Atom)